(Kerangka Dasar Filosofis dan
Teoritis, Visi, Misi, Tujuan, Kurikulum, Metodologi, Manajemen dan Sumber Daya
Pendidikan Islam)
Oleh:
Muhammad Ihsan
PENDAHULUAN
Pendidikan dalam
Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif
(kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi
kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba (abd) di hadapan Khaliq-nya dan
sebagai “pemelihara” (khalifah) pada semesta . Dengan demikian, fungsi utama
pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik (generasi penerus) dengan
kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan
kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan), sebagai tujuan akhir
dari pendidikan.
Proses
pendidikan yang berakar dari kebudayaan, berbeda dengan praksis pendidikan yang
terjadi dewasa ini yang cenderung mengalienasikan proses pendidikan dari
kebudayaan. Kita memerlukan suatu perubahan paradigma (paradigma shift) dari
pendidikan untuk menghadapi proses globalisasi dan menata kembali kehidupan
masyarakat Indonesia. Cita-cita era reformasi tidak lain ialah membangun suatu
masyarakat madani Indonesia , oleh karena itu, arah perubahan paradigma baru
pendidikan Islam diarahkan untuk terbentuknya masyarakat madani Indonesia tersebut.
Hal ini
dipertegas dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat
antara lain pendidikan agama. Karena merupakan usaha untuk memperkuat iman dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh
peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.
Tujuan akhir pendidikan dalam Islam, sebagai
proses pembentukan diri peserta didik (manusia) agar sesuai dengan fitrah
keberadaannya . Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen
dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya
secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan
perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan
kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran.
Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses isolasi diri dan termarginalkan
dari lingkungan di mana ia berada.
Era reformasi ini, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupan. Masa transformasi ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam wilayah pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Di tengah euphoria demokrasi ini lahirlah berbagai pendapat, pandangan, konsep, mengenai bentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang dicita-citakan di masa depan, termasuk gambaran pendidikan mendatang. Sehingga perlu dipertegas konsep secara filosofis dan teoritis sekaligus tentang bagaimana memaknai dan mengaplikasikan pendidikan untuk beberapa generasi mendatang.
Era reformasi ini, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupan. Masa transformasi ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam wilayah pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Di tengah euphoria demokrasi ini lahirlah berbagai pendapat, pandangan, konsep, mengenai bentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang dicita-citakan di masa depan, termasuk gambaran pendidikan mendatang. Sehingga perlu dipertegas konsep secara filosofis dan teoritis sekaligus tentang bagaimana memaknai dan mengaplikasikan pendidikan untuk beberapa generasi mendatang.
PEMBAHASAN
A. Reorientasi Kerangka dasar
Filosofis dan Teoritis
Pendidikan
hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong
dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk
memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini
bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang
dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas
kehidupan maupun proes-proses pemberdayaannya. Secara ekstrim bahkan dapat
dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat,
suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh
masyarakat bangsa tersebut
Sesuai konteks
tersebut, maka kemajuan peradaban yang dicapai umat manusia dewasa ini, sudah
tentu tidak terlepas dari peran-peran pendidikannya. Diraihnya kemajuan ilmu
dan teknologi yang dicapai bangsa-bangsa di berbagai belahan bumi ini, telah
merupakan akses produk suatu pendidikan, sekalipun diketahui bahwa kemajuan
yang dicapai dunia pendidikan selalu di bawah kemajuan yang dicapai dunia
industri yang memakai produk lembaga pendidikan.
Perumusan filosofi dan teori yang lengkap diperlukan untuk menyeimbangkan antara pendidikan di satu sisi dan dinamika perubahan masyarakat di sisi lain. Suatu proses pembaharuan pendidikan hanya terarah dengan baik dan mantab apabila didasarkan pada kerangka dasar filsafat dan teori pendidikan yang mantab. Filsafat pendidikan yang mantab hanya dapat dikembangkan di atas dasar-dasar asumsi-asumsi dasar yang kokoh dan jelas tentang manusia, yaitu hakikat kejadiannya, potensi-potensi bawaannya, tujuan hidup dan misinya di dunia ini baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, hubungannya dengan lingkungan dan alam semesta, dan akhirnya hubungannya dengan Maha Pencipta. Teori pendidikan yang mantab hanya dapat dikembangkan atas dasar pertemuan antara pendekatan filosofis dan pendekatan empiris. Dapat dikatakan bahwa kerangka dasar pertama pembaruan pendidikan Islam adalah konsepsi filosofis dan teoritis pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan hubungannya dengan masyarakat, lingkungannya menurut ajaran Islam. Proses pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak pernah ada hentinya. Sebab, jika manusia berhenti melakukan pendidikan, sulit dibayangkan apa yang akan terjadi pada sistem peradaban dan budaya manusia.
Dalam konteks kacamata Islam, perlu dikaji ulang bahwa proses pendidikan Islam dan pandangan Islam terhadap manusia sebagai makhluk yang dididik dan mendidik sebagai berikut :
Perumusan filosofi dan teori yang lengkap diperlukan untuk menyeimbangkan antara pendidikan di satu sisi dan dinamika perubahan masyarakat di sisi lain. Suatu proses pembaharuan pendidikan hanya terarah dengan baik dan mantab apabila didasarkan pada kerangka dasar filsafat dan teori pendidikan yang mantab. Filsafat pendidikan yang mantab hanya dapat dikembangkan di atas dasar-dasar asumsi-asumsi dasar yang kokoh dan jelas tentang manusia, yaitu hakikat kejadiannya, potensi-potensi bawaannya, tujuan hidup dan misinya di dunia ini baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, hubungannya dengan lingkungan dan alam semesta, dan akhirnya hubungannya dengan Maha Pencipta. Teori pendidikan yang mantab hanya dapat dikembangkan atas dasar pertemuan antara pendekatan filosofis dan pendekatan empiris. Dapat dikatakan bahwa kerangka dasar pertama pembaruan pendidikan Islam adalah konsepsi filosofis dan teoritis pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan hubungannya dengan masyarakat, lingkungannya menurut ajaran Islam. Proses pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak pernah ada hentinya. Sebab, jika manusia berhenti melakukan pendidikan, sulit dibayangkan apa yang akan terjadi pada sistem peradaban dan budaya manusia.
Dalam konteks kacamata Islam, perlu dikaji ulang bahwa proses pendidikan Islam dan pandangan Islam terhadap manusia sebagai makhluk yang dididik dan mendidik sebagai berikut :
Pertama, sesuai
dengan maksud pendidikan Islam adalah kegiatan untuk mengarahkan dengan sengaja
perkembangan seseorang sejalan dengan nilai-nilai Islami tentang manusia yaitu
hakikat manusia dan potensi-potensi bawaannya, tujuan hidup dan misinya di
dunia ini dan di akhirat nanti, hak dan kewajibannya sebagai individu dan
anggota msyarakat. Tugas dan fungsi pendidikan adalah mengarahkan dengan
sengaja segala potensi yang ada pada manusia seoptimal mungkin, sehingga dapat
berkembang menjadi manusia muslim yang baik atau insan kamil. Artinya segala
potensi manusia yang dibawa dari lahir bukan hanya dapat dikembangkan dalam
lingkungan (empirik) semata-mata, tetapi juga dapat dikembangkan secara terarah
dengan bantuan orang lain atau pendidik.
Kedua,
pembahasan tentang ”hakikat manusia”, para filosof umumnya mengidentifikasikan
manusia dengan hewan yang memiliki kekhususan serta kelebihan tertentu, antara
lain manusia adalah hewan yang berakal, berbicara, berfikir dan berbudaya. Para
ahli pendidik memberikan batasan manusia adalah binatang mendidik dan dididik
(animal educandum).
Secara umum, dari beberapa pandangan para pakar dapat dikatakan bahwa sebenarnya pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berwawasan semesta, berwawasan kehidupan yang utuh dan multidimensional, yang meliputi wawasan tentang Tuhan, manusia dan alam secara integratif.
Secara umum, dari beberapa pandangan para pakar dapat dikatakan bahwa sebenarnya pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berwawasan semesta, berwawasan kehidupan yang utuh dan multidimensional, yang meliputi wawasan tentang Tuhan, manusia dan alam secara integratif.
Wacana tentang
pengertian pendidikan dewasa ini, pengertianya lebih diperluas cakupannya
sebagai aktivitas dan fenomena. Selain itu pendidikan Islam juga menyandang
misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup manusia serta perubahan-perubahan yang
terjadi. Implikasinya pendidikan Islam senantiasa mengundang pemikiran dan
kajian, baik secara konseptual maupun operasional dan diperolah relevansi dan
kemampuan untuk menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi umat manusia.
B. Misi dan Visi Pendidikan Islam
Misi dapat
dirumuskan sebagai suatu usaha untuk menyusun peta perjalanan mewujudkan visi,
sedangkan visi merupakan suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang,
sesuatu yang kita ciptakan yang belum pernah ada sebelumnya, suatu keadaan yang
akan kita wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya.
Dari pandangan inilah dapat dikatakan bahwa visi dan misi sekolah-sekolah Islam merupakan penjabaran atau spesifikasi dari visi dan misi pendidikan Islam itu sendiri, yaitu membentuk insan kamil yang berfungsi mewujudkan rahmatan lil alamiin. Dalam merumuskannya harus didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam serta nilai-nilai budaya, serta pada core beliefs dan core values. Sedangkan untuk mencapai visi dan misi tersebut harus dilaksanakan dengan penyusunan kebijakan dan strategi secara operasional.
Dari pandangan inilah dapat dikatakan bahwa visi dan misi sekolah-sekolah Islam merupakan penjabaran atau spesifikasi dari visi dan misi pendidikan Islam itu sendiri, yaitu membentuk insan kamil yang berfungsi mewujudkan rahmatan lil alamiin. Dalam merumuskannya harus didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam serta nilai-nilai budaya, serta pada core beliefs dan core values. Sedangkan untuk mencapai visi dan misi tersebut harus dilaksanakan dengan penyusunan kebijakan dan strategi secara operasional.
Realita sekarang
ini, tuntutan reformasi pendidikan menuju masyarakat madani tampaknya
mengharuskan perumusan misi dan visi pendidikan baik di tingkat makro maupun
pada tingkat mikro. Serentetan langkah perlu dioptimalkan untuk melakukan
perubahan baik di bidang manajemen, perencanaan sampai pada praksis pendidikan
di tingkat mikro. Diantaranya adalah :
a)
pendidikan
nasional (termasuk pendidikan Islam) memupnyai misi dan visi yang berorientasi
pada demokrasi bangsa sehingga memungkinkan terjadinya proses pemberdayaan
masyarakat secara demokratis pula.
b)
Pendidikan
hendaknya memilki misi dan visi agar tercapai partisipasi masyarakat secara
menyeluruh sehingga secara mayoritas seluruh komponen bangsa yang ada menjadi
terdidik.
c)
Misi
pendidikan harus berorientasi pada perwujudan sistem dan iklim pendidikan
nasional dan pendidikan Islam yang demokratis dan bermutu guna memperteguh
akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin dan bertanggungjawab, berketrampilan serta menguasai iptek dalam
rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
Berdasarkan pandangan ini, maka lembaga-lembaga pendidikan Islam mau tidak mau dituntut untuk menyusun misi dan visi, baik pada tingkat makro maupun tingkat mikro serta kebijakan dan strategi pengelolaan pendidikannya. Apabila mencoba merumuskan misi pendidikan Islam, adalah bagaimana pendidikan Islam dapat :
Berdasarkan pandangan ini, maka lembaga-lembaga pendidikan Islam mau tidak mau dituntut untuk menyusun misi dan visi, baik pada tingkat makro maupun tingkat mikro serta kebijakan dan strategi pengelolaan pendidikannya. Apabila mencoba merumuskan misi pendidikan Islam, adalah bagaimana pendidikan Islam dapat :
1.
mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu
berdasar nilai-nilai Islam.
2.
mendorong
pembaruan pemikiran Islam menuju masyarakat madani.
3.
mengintegrasikan
ilmu agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum.
4.
menghasilkan
individu dan masyarakat yang religius (iman dan takwa), akhlak mulia, cerdas
dan siap menghadapi orientasi dunia global.
C. Strategi
Pendidikan Islam
Pembangunan pendidikan dan
pendidikan Islam di Indonesia sekurang-kurangnya menggunakan empat strategi
dasar, yakni pertama, pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Kedua,
relevansi pendidikan, ketiga, peningkatan kualitas pendidikan, dan keempat, efesiensi
pendidikan.
Krisis pendidikan di Indonesia, oleh
H.A. Tilaar secara umum,diidentifikasi dalam empat krisis pokok, yaitu
menyangkut masalah kualitas, relevansi, elitisme dan manajemen. Berbagai
indicator kuantitatif dikemukakan berkenaan dengankeempat masalah di atas,
antara lain analisis komparatif yang membandingkan situasi pendidikan antara
negara di kawasan Asia. Memang disadari bahwa keempat masalah tersebut
merupakan masalah besar, mendasar, dan multidimensional, sehingga sulitdicari
ujung pangkal pemecahannya. Krisis ini terjadi pada pendidikan secara umum,
termasuk pendidikan Islam yangdinilai justru lebih besar problematikanya.
Alhasil, pendidikan Islam di Indonesia sampai awal abad ini tidak banyak
berbeda dengan perhitungan kasar di atas. Melihat kondisi yang dihadapi, maka
penataan model pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu yang tidak
terelakkan. Strategi pengembangan pendidikan Islam hendaknya dipilih dari
kegiatan pendidikan yang paling mendesak, berposisi senteral yang akan menjadi
modal dasar untuk usaha pengembangan selanjutnya. Seperti kita ketahui, bahwa
lembaga-lembaga pendidikan seperti keluarga, sekolah, dan madrasah, masjid,
pondok pesantren, dan pendidikan luar sekolah lainnyatetap dipertahankan
keberadaannya.
Strategi pendidikan merupakan target
pencapaian, baik bersifat jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang
dalam merealisasikan terlaksananya penyelenggaraan pendidikan menuju masyarakat
madani Indonesia. Karenanya dalam menetapkan sasaran pencapaian stategi
pendidikan harus memiliki nilai khusus (specific), dapat terukur dan terhitung
(measurable), dapat tercapai (achievable), realis dan wajar (realistic), dan
berjangka waktu (time frame). Berdasarkan time frame tersebut, perlu disusun
langkah-langkah atau strategi untuk mencapai visi pendidikan sebagai berikut :
Pertama, stategi jangka panjang.
Upaya untuk membangun lembaga pendidikan Islam yang memadai secara akademik dan
finansial melalui kebijakan restrukturisasi dan rekapitulasi yang
berkesinambungan. Mencakup antara lain: menciptakan sistem perencanaan yang
berbasis kepentingan lokal, menerapkan sistem manajemen mutu secara menyeluruh,
melakukan review kurikulum secara periodik, melakukan perekayasaan proses dan
menjaga konsistensi dan kontinuitas internalisasi nilai-nilai sekolah dan
masyarakat.
Kedua, strategi jangka menengah.
Upaya untuk memantapkan infrastruktur melalui kebijakan rekapitulasi terhadap
komponen penunjang dalam sistem pendidikan. Strategi ini mecakup dengan
demokratisasi pendidikan, relevansi pendidikan, akuntabilitas pendidikan,
profesionalisme, meningkatkan efesiensi pendidikan, mengakomodasi kemajemukan,
dan desentralisasi.
Ketiga, strategi jangka pendek., yakni perlunya membangun perangkat infrastruktur sistem pendidikan yang memihak kepada pemberdayaan masyarakat melalui kebijakan restrukturisasi dalam sistem pendidikan Islam. yang urgen sekali adalah pendidikan Islam menyusun strategi untuk meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan akuntabilitas proses pendidikan, meningkatkan profesionalisme pendidikan dan mengurangi uniformitas.
Ketiga, strategi jangka pendek., yakni perlunya membangun perangkat infrastruktur sistem pendidikan yang memihak kepada pemberdayaan masyarakat melalui kebijakan restrukturisasi dalam sistem pendidikan Islam. yang urgen sekali adalah pendidikan Islam menyusun strategi untuk meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan akuntabilitas proses pendidikan, meningkatkan profesionalisme pendidikan dan mengurangi uniformitas.
D. Reorientasi Tujuan Pendidikan Islam
Para pakar dan pengamat pendidikan
Islam, menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan Islam lebih pada upaya
kebahagiaan di dunia dan akhirat, menghamba diri kepada Allah, memperkuat
keislaman, melayani kepentingan masyarakat Islam, dan akhlak mulia. Tampaknya
dalam merumuskan tujuan pendidikan ini, sebagian umat Islam atau sebagian para
ahli pendidikan Islam mengalami kesulitan dalam membedakan syariat Islam
sebagai ilmu yang disusun ulama sebagai tafsir atas wahyu serta syariat Islam
sebagai ajaran Tuhan dalam wahyu yang termaktub dalam al-Quran.
Jadi, dapat dikatakan bahwa "konsepsi pendidikan model Islam, tidak hanya melihat pendidikan itu sebagai upaya "mencerdaskan" semata (pendidikan intelek, kecerdasan), melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat eksistensinya. Maka, pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial juga sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakekat keberadaan (eksistensi) manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah dan perbedaanya adalah terletak pada kadar ketaqwaan masing-masing manusia, sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif"
Berarti tujuan pendidikan Islam yang
ada sekarang ini, dirasakan tidaklah benar-benar diarahkan kepada tujuan
positif, tetapi tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan
akhirat semata dan cenderung bersifat defensif, yaitu upaya menyelematkan kaum
muslimin dari pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan
Barat yang datang melalui disiplin ilmu, terutama gagasan-gagasan yang
mengancam akan meledakkan standar-standar moralitas tradisional Islam.
Berdasar hal itu, maka kemudian
ditarik beberapa dimensi yang hendak diupayakan untuk ditingkatkan dan dicapai
oleh kegiatan proses pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu : dimensi
keimanan peserta didik, dimensi pemahaman atau penalaran intelektual, dimensi
penghayatan dan pengalaman batin serta dimensi pengamalannya dalam berbagai
praktik kehidupan nyata.
Ke depan rumusan tujuan pendidikan Islam diharapkan lebih bersifat problematis, strategis, antisipatif, menyentuh aspek aplikasi serta dapat menyentuh kebutuhan masyarakat atau penggunan lulusan. Artinya, pendidikan Islam berupaya membangun manusia dan masyarakat secara utuh dan menyeluruh (insan kamil) dalam semua aspek kehidupan yang berbudaya dan berperadaban yang tercermin dalam kehidupan manusia bertakwa dan beriman, berdemokrasi dan merdeka, berpengetahuan, berketrampilan, beretos kerja dan profesional, beramal saleh, berkepribadian, bermoral anggun dan berakhlakul karimah, berkemampuan inovasi dan mengakses perubahan serta berkemampuan kompetitif dan kooperatif dalam era global dan berpikir lokal dalam memeproleh kesejahteraan dunia dan akhirat.
Ke depan rumusan tujuan pendidikan Islam diharapkan lebih bersifat problematis, strategis, antisipatif, menyentuh aspek aplikasi serta dapat menyentuh kebutuhan masyarakat atau penggunan lulusan. Artinya, pendidikan Islam berupaya membangun manusia dan masyarakat secara utuh dan menyeluruh (insan kamil) dalam semua aspek kehidupan yang berbudaya dan berperadaban yang tercermin dalam kehidupan manusia bertakwa dan beriman, berdemokrasi dan merdeka, berpengetahuan, berketrampilan, beretos kerja dan profesional, beramal saleh, berkepribadian, bermoral anggun dan berakhlakul karimah, berkemampuan inovasi dan mengakses perubahan serta berkemampuan kompetitif dan kooperatif dalam era global dan berpikir lokal dalam memeproleh kesejahteraan dunia dan akhirat.
E. Reorientasi
Kurikulum Pendidikan Islam
Materi pendidikan dan pendidikan
Islam tergambar dalam kurikulum yang disusun untuk mewujudkan tujuan
pendidikannya. Materi pendidikan yang terakomodasi dalam kurikulum menggambarkan
standar kemampuan dasar yang wajib dimiliki peserta didik pada masing-masing
jenjang pendidikan. Untuk itu dalam kurikulum terdapat kelompok mata pelajaran
yang berorientasi pada pembentukan sikap dan nilai pribadi yang integral
sebagai warga masyarakat dan warga negara. Kelompok mata pelajaran yang
berorientasi pada kemampuan akademik serta kelompok pelajaran yang berorientasi
pada ketrampilan.
Pemerintah telah berupa maksimal
untuk menanggulangi berbagai permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan di
Indonesia, termasuk kurikulum. Bahkan pemerintah telah mengundangkan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 beserta
peraturan-peraturan pemerintah (PP) sebagai penunjang UU No. 27, 28, 29 dan 30
Tahun 1990. Dan juga telah dirombak ulang dengan berlakunya UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdikans. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya pemerintah telah
beruaha serius dalam menangani persoalan pendidikan.
Dengan demikian, persoalan masa kini
dan masa depan yang dihadapi pendidikan Islam adalah bagaiman mendesain
kurikulum yang diorientasikan pada :
Pertama, tantangan kurikulum di era globalisasi, yakni antara nilai lokal dan global, antara budaya individual dan universal, antara tradisi dan modernitas, antara kebutuhan jangka panjang dan pendek, anatar kebutuhan spiritual dan material.
Kedua, tantangan kurikulum di era desentralisasi dan otonomi daerah.
Ketiga, arah perubahan kurikulum pendidikan Islam harus selalu mengikuti irama perubahan dan pendidikan yang selalu tumbuh serta berkembang dari prediksi skenario masa depan yang dicita-citakan.
Pertama, tantangan kurikulum di era globalisasi, yakni antara nilai lokal dan global, antara budaya individual dan universal, antara tradisi dan modernitas, antara kebutuhan jangka panjang dan pendek, anatar kebutuhan spiritual dan material.
Kedua, tantangan kurikulum di era desentralisasi dan otonomi daerah.
Ketiga, arah perubahan kurikulum pendidikan Islam harus selalu mengikuti irama perubahan dan pendidikan yang selalu tumbuh serta berkembang dari prediksi skenario masa depan yang dicita-citakan.
F. Reorientasi Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi pendidikan diartikan
sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan
sesorang, khususnya proses belajar mengajar. Atas dasar inilah, maka metodologi
pendidikan Islam harus didasarkan dan disesuaikan dengan :
a. didasarkan
pandangan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dan dengan
itu ia mampu berkembang
b. didasarkan
pada karakteristik masyarakat madani yaitu manusia yang bebas dari ketakutan,
bebas berekspresi dan bebas menentukan arah kehidupannya
c. didasarkan
pada learing competency, yakni peserta didik akan memilki seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, sikap, wawasan, dan penerapannya sesuai dengan
kriteria atau tujuan pembelajaran
Mastuhu mengusulkan konsep pemikiran
metodologi pendidikan Islam yang sifatnya lebih teknis sebagai berikut : a)
bagi studi pendidikan Islam tidak ada pemisahan istilah pendidikan dan
pengajaran, b) dalam melaksanakan metodologi pendidikan dan pengajaran Islam
harus dipergunakan paradigma holoistik, artinya memandang kehidupan sebagai
suatu kesatuan, sesuatu yang konkrit dan dekat dengan kepentingan hidup
sehari-hari sampai dengan hal-hal abstrak dan transendental, c) perlu
dipergunakan model penjelasan yang rasional disamping pelatihan dan keharusan
melaksanakan ketentuan-ketantuan doktrin spiritual dan norma peribadatan, d)
perlu digunakan tehnik pembelajaran partisipatoris.
G. Reorientasi
Manajemen dan Sumber Daya Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan mengandung arti
sebagai suatu proses kerjasama sistematik, dan komprehensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan. Juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Dari kerangka inilah tumbuh kesadaran untuk melkukan upaya
perbaikan dan peningkatan kualitas menejemen pendidikan, baik yang dilakukan
pemerintah maupun lembaga pendidikan.
Pemerintah telah berusaha keras
untuk menanggulangi berbagai permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan,
baik pada aspek organisasi, manajemen maupun peningkatan mutu pendidikan Islam.
berbagai peraturan pemerintah dari tahun 1951 sampai tahun 1989 sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan, organisasi dan manjemen pendidikan.
Konsep masyarakat madani nampaknya
merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai torobosan di dalam berpikir,
penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan. Dengan kata lain, dalam menghadapi
perubahan masyarakat dan zaman, diperlukan suatu paradigma baru di dalam
menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru. Apabila tantangan-tantangan baru
tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang
dijalankan akan memenuhi kegagalan. Terobosan pemikiran kembali konsep dasar
pembaharuan pendidikan Islam menuju masyarakat madani sangat diperlukan, karena
"pendidikan sarana terbaik yang didisain untuk menciptakan suatu generasi
baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka
sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau
terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya
perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia.
PENUTUP
Dari paparan diatas dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa cara pandang dan paradigma tawaran yang kiranya
perlu dikaji dalam dunia pendidikan kita. Secara umum dapat kita ambil
kesimpulan dan benag merah bahwa dalam upaya membangun masyarakat madani,
pendidikan Islam harus berupaya mengembangkan konsep pendidikan integralistik,
konsep pendidikan humanistik, konsep pendidikan pragmatis dan konsep pendidikan
yang berakar pada budaya.
Wacana yang perlu dikembangkan pada pendidikan masyarakat Indonesia adalah pendidikan yang berorientasi pada kompetensi nilai-nilai ilahiyah, knowledge, skill, ability, sosio kultural dan harus berfungsi untuk memberikan kaitan secara operassional antara peserta didik dengan masyarakatnya, lingkungan sosio kultural dan selalu menerima adanya term perubahan yang terus berpacu. Sehingga wajah pendidikan Islam mendatang lebih nampak dalam kehidupan umat.
Wallahu ’alamu
Wacana yang perlu dikembangkan pada pendidikan masyarakat Indonesia adalah pendidikan yang berorientasi pada kompetensi nilai-nilai ilahiyah, knowledge, skill, ability, sosio kultural dan harus berfungsi untuk memberikan kaitan secara operassional antara peserta didik dengan masyarakatnya, lingkungan sosio kultural dan selalu menerima adanya term perubahan yang terus berpacu. Sehingga wajah pendidikan Islam mendatang lebih nampak dalam kehidupan umat.
Wallahu ’alamu
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam, Cet. 1. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fasli Jalal. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita.
H.A.R. Tilaar. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia,Strategi Reformasi Pendidikan Nasional .Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.
H.A.R. Tilaar. 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia,Strategi Reformasi Pendidikan Nasional .Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.
_____________. 1991. Sistem Pendidikan Nasional yang
Kondusif Bagi Pembangunan Masyarakat Industri Modern Berdasarkan Pancasila,
Makalah Utama Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V.
HM. Arifin, 1991. Kapita S elekta Pendidikan. Jakarta :
Bina Aksara.
Muhaimin. 1994. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung : Remaja Rosdakarya.
M. Rusli Karim. 1991. Pendidikan Islam Sebagai Upaya
PembebasanManusia, dalam Buku Pendidikan Islam di Indonesia antara Citra dan
Fakta, Cet.Pertama Editor : Muslih Usa. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Masykuri Abdillah. 1999. Islam dan Masyarakat Madani,
Mastuhu. 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan
Nasional dalam Abad 21, Yogyakarta : Safiria Insania Press.
Roihan Achwa n. 1991. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
Versi Mursi, dlm. Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 1, IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Sanaky, Hujair A.H. 2003. Paradigma Pendidikan Islam :
Membangun Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta : Safiria Insania Press.
Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional
(Dalam Percaturan Dunia Global). Jakarta : PSAP Muhammadiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar