Oleh : Muhammad Ihsan
MUQODDIMAH
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu dalam proses belajar
mengajar antara pendidik dan peserta didik harus ada saling interaksi yang
baik, apalagi pada mata pelajaran Bahasa Arab.
Kondisi riel yang kita dapatkan dan hadapi
bahwa sesungguhnya kondisi pengajaran bahasa Arab di
madrasah-madrasah/sekolah-sekolah dan perguruan tinggi NTB masih
dihadapkan pada berbagai kendala dan tantangan. Kendala atau tantangan tersebut
paling tidak dapat terlihat dalam beberapa indikasi sebagai
berikut: Pertama,
dari segi edukatif. Pengajaran
bahasa arab masih relatif kurang ditopang oleh faktor-faktor pendidikan yang
memadai. Yang dimaksud faktor-faktor di sini di antarnya
faktor kurikulum (termasuk di dalamnya orientasi dan tujuan, materi dan
metodologi pengajaran serta sistem evaluasi), tenaga edukatif, sarana dan prasarana.
Kedua, dari segi sosial budaya
pada umumnya peta pengajaran bahasa Arab berada dalam lingkungan sosial yang
kurang kondusif kecuali di lingkungan pendidikan seperti di Pondok-Pondok pesantren yang ada di NTB. Fenomena yang terjadi bahwa
sekarang ini masyarakat kita dibenturkan dengan “Pertunjukan Budaya Barat”
dengan segala macam konsekuensinya baik melalui media elektronik TV, Radio dan
lain-lain. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa “cultural show”
berbahasa Inggris yang disajikan dalam bentuk film-film dan acara lainnya,
sedikit banyak mempengaruhi iklim pengajaran bahasa Arab. Kemudian fenomena umum ummat
Islam kita cenderung sudah merasa puas kalau sudah pandai membaca al-Quran,
walaupun tidak mengerti artinya, padahal untuk bisa paham Al Qur’an tidak hanya
cukup bisa membaca, melainkan tahu artinya dan bahasa arab merupakan entry
point untuk itu.
Ketiga, faktor linguistik bahasa
Arab itu sendiri, selama ini nampaknya masyarakat kita termasuk para siswa di
madrasah cenderung mempunyai kesan bahwa mempelajari bahasa Arab itu jauh lebih
sulit daripada mempelajari bahasa asing lainnya, kemudian jika mereka
mempelajari bahasa Arab banyak dimotivasi oleh kepentingan yang bersiat
religius ideologis daripada kepentingan praktis pragmatis. Peranan bahasa arab
juga masih dikatakan marginal, masyarakat pada umumnya tidak merasa perlu
mempelajari bahasa Arab sebagaimana halnya mempelajari bahasa Inggris atau
bahasa lainya,
Keempat, dari segi politik dan
diplomasi luar negeri. Dapat dilihat bahwa selama ini kita belum banyak
memanfaatkan peluang dengan negara-negara yang berbahasa Arab, dalam bentuk
kerjasama di bidang-bidang yang cukup strategis, seperti ekonomi dan
pendidikan. Selama ini nampaknya bahasa Arab baru didayagunakan dalam rangka
pengiriman TKI ke negara-negara Teluk, tapi itu pun belum maksimal. Padahal
dengan poitik dan diplomasi yang menyeluruh kita akan bisa membuka
peluang-peluang baru yang lebih menguntungkan untuk pendayagunaan bahasa Arab
dalam bidang, yang pada gilirannya akan dapat mempengaruhi semangat kita dalam
mempelajari bahasa Arab.
PENGALAMAN MENGAJAR
Saya sebagai Dosen
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor, pada awalnya mengampu mata kuliah Ilmu Kalam,
dan Tahun Akademik 2003/2004 saya juga mengampu mata kuliah Ulumul Hadits dan
juga bahasa Arab, namun pada tahun 2004/2005 secara khusus dipercayakan
mengampu mata kuliah Bahasa Arab, karena didasarkan pada kualifikasi pendidikan
saya (S1 Pendidikan Bahasa Arab) Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Walaupun diamanahkan mengampu mata kuliah bahasa Arab yang
merupakan kualifikasi keilmuan saya, saya cukup merasa kesulitan dalam berbagai
hal, terkait dengan pembuatan Satuan Acara Perkuliahan, pembuatan silabus dan
juga terkait dengan penggunaan metodologi yang sesuai dengan kemampuan
mahasiswa, saya mengajar apa adanya dengan menggunakan buku ajar yang di pakai
di STAIN Mataram, yaitu buku bahasa arab yang berjudul ”Al-arabiyah
Linnasyiin” saya mengganggap buku itu
mudah untuk mahasiswa Fakultas IAIH Pancor, karena pernah saya pakai ketika
menjadi Dosen Luar Biasa di STAIN Mataram pada tahun 2003. Kenyataanya tidak
seperti apa yang saya bayangkan, justru mahasiswa fakultas Tarbiyah smt 4 tidak
begitu tertarik dengan materi yang ada. Hal ini terbukti dengan kurangnya
motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa Arab, semangat yang lemah, perhatian
yang kurang dan kemampuan yang kurang baik dalam menguasai bahasa arab dari
sisi 4 keterampilan berbahasa (maharah al qiro’ah, maharah al kitabah, maharah
al istima’ dan maharah al kalam),
Hal itu terus saya paksakan tanpa adanya perubahan yang
signifikan, saya lebh sering masuk hanya memerintahkan mahasiswa untuk membaca
dan diskusi sendiri, sekedar menunggu jam pertemuan habis, tanpa target dan
tujuan yang jelas dari pembelajaran bahasa Arab yang saya ampu. Beberapa kritik
dari mahasiswa saya terdengar karena teknik mengajar yang teralu monoton, dan
mereka ingin perubahan dan arah yang jelas dari pembelajaran yang saya lakukan
dengan mereka.
Tahun 2006 setelah mengikuti workshop Buku Pembelajaran
Bahasa Arab yang diselenggrakan oleh Lembaga Bahasa IAIN Mataram kerjasama
dengan Depag RI dan Lepzig University Jerman, tanggal 28 s/d 30 Agustus 2006 di
Hotel Arum Jaya Mataram, di sini seorang prof Jerman yang sangat lancar
berbahasa Arab menjelaskan tentang banyak hal dan mudahnya belajar bahasa Arab
bagai orang jerman yang baru memulai belajar bahasa, saya sangat terkesan
dengan metode itu, kemudian saya mencoba merubah metode pada pembelajaran
bahasa Arab yang saya lakukan, dengan mengadopsi beberapa metode bahkan buku
yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab di Lepziq University. Awalnya
memang terkesan tidak semudah dibayangkan dalam menerapkan metode itu, tapi
kemudian menginsprirasi saya untuk membuat diktat khusus untuk belajar bahasa
Arab. Dan ini terasa lebih mudah dibanding dengan sebelumnya, mahasiswa lebih
dinamis dan fokus dalam belajar bahasa Arab, mahasiswa bahkan terlibat banyak
dari pembelajaran yang dilakukan, mahasiswa mulai mencari sendiri bahan atau
materi yang sesuai dengan diktat yang diajarkan di kelas mereka.
Tentu saja kepuasaan itu tidak cukup, mahasiswa mulai
semangat dalam belajar bahasa Arab, sesakali mereka terlihat aktif berbicara
bahasa ketika mereka berjumpa dengan saya baik di kelas maupun di luar kelas.
Akhir tahun 2010, terdengar ada metode praktis mendalami
al-qur’an dan membaca kitab kuning yang disebut dengan Metode Amtsilati yang
ditemukan oleh KH Taufiqul Hakim (pimpinan ponpes Darul Falah Jepara Jawa
Tengah), kemudian saya mengajak dosen bahasa Arab yang lain bertemu dengan
pimpinan (pembantu Rektor I IAIH Pancor), dengan maksud ingin melihat dengan
jelas metode itu langsung di Ponspes Darul Palah Jepara. Keinginan ini
dikabulkan dan kemudian meminta saya untuk mengajukan proposal kegiatan untuk
mencari dukungan dana Studi Komparasi ke ponpes Darul Falah Jepara. Saya
membuat proposal dengan berkonsultasi dengan pimpinan dan mendapat respon yang
sangat positif, yang kemudian pada tanggal 12 Januari 2011, saya berangkat
dengan beberapa dosen dan pimpinan IAIH Pancor menuju Darul Falah Jepara untuk
melakukan studi banding. Saya langsung bertindak sebagai sekretaris rombongan
pada kegiatan ini.
Dari studi banding ini kemudian membuat saya begitu
terpesona dengan kemampuan santri yang masih usia dini mampu membaca kitab
kuning dengan baik, dan kemudian menginspirasi saya juga untuk menggunakan
metode amtsilati dalam pembelajaran bahasa Arab pada mahasiswa, mahasiswa
sangat senang karena mereka lebih mudah memahami bahasa arab, dan kemudian di
antara mereka berpikir untuk membentuk UKM Bahasa di tingkat di institut, dan
saya langsung diangkat sebagai pembinanya. Kini mereka sangat antusias dalam
belajar bahasa Arab, dan telah terbentuk lingkungan bahasa (al biiah arabiyah)
di antara mereka, mereka terlihat aktif dan menekuni bahasa Arab, berdiskusi
tentang bahasa Arab dan juga mereka terkadang menggunakan sebagai bahasa
komnikasi aktif dalam kegiatan sehari-hari.
Beberapa karya ilmiah yang saya buat selalu terkait
dengan bidang keahlian saya, seperti saya membuat buku ajar pelajaran bahasa
Arab yang kemudian bermanfaat secara praktis terhadap pembelajaran bahasa arab
pada mahasiswa, mahasiswa lebih terkontrol dengan materi yang ditetapkan,
mahasiswa juga dapat terukur kemampuannya dengan buku pedoman yang ada, sebelum
buku ajar bahasa Arab ini belum saya publikasikan ke mahasiswa, saya
menggunakan berbagai refrensi yang kadang membuat mahasiswa agak capek
mencarinya, setelah menggunakan buku ajar yang cukup praktis mahasiswa lebih
mudah mencari bahan dan telah tercakup berbagai kompetensi di dalamnya.
Dalam menyampaikan perkuliahan khususnya pembelajaran
bahasa Arab, saya lebih berorientasi pada bagaimana mahasiswa mampu memahami
bahasa Arab dalam berbagai maharoh (keterampilan) berbahasa, seperti membaca,
menulis, menyimak dan berbicara. Hal ini membuat saya hareus menggunakan
berbagai pendekatan dalam mengajarkan bahasa Arab (All in one syistem),
mahasiswa tidak hanya ditekankan pada satu kemahiran berbahasa saja tapi harus
menguasai yang lain, contohnya dalam pengajaran bahasa Arab yang saya lakukan, saya
selalu menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar dalam menjelaskan bahasa Arab jika mengalami kesullitan baru
saya terjemah seperlunya dengan bahasa Indonesia, hal ini saya lakukan dengan
harapan mahasiswa mampu dan berani berkomunikasi menggunakan bahasa Arab dengan
baik.
Peran Saya sebagai dosen senantiasa mengarahan mahasiswa
untuk selalu dinamis dan kreatif dalam berbagai kegiatan, tidak cukup menjadi
mahasiswa yang asyik duduk di bangku kuliah mendengarkan ceramah-ceramah dosen
tapi harus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, sehingga
mahasiswa khususnya yang menjadi pengurus BEM Fakultas sering berkonsultasi
dengan saya dan terkadang mengundang saya menjadi pemateri/nara sumber dalam
kegiatan diskusi dan lesehan ilmiah, contoh lainnya karena saya menjadi
pembina UKM Bahasa saya memiliki peran
strategis untuk mendesak membuat program peningkatan kemampuan bahasa siswa
sehingga pada tanggal 22 Mei 2011 kami membuat acara rihlah lugowiyah dengan
tujuan mempererat silaturrahmi lembaga kepada Ponpes yang menjadi tujuan studi
banding serta meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasiswa, di samping itu,
saya juga berperan aktif dalam kegiatan kewirausahaan mahasiswa, sebagai sebagai
seorang dosen, saya sering mengatakan bahwa lulusan PT tidak mungkin semuanya
terserap menjadi PNS, maka sebelum menjadi sarjana kita harus punya bekal yang
cukup untuk membangun kemandirian, sehingga tercetus berbagai kegiatan
keterampilan dan usaha yang dikelola oleh mahasiswa. arahkan mahasiswa.
Pada perkembangan berikutnya dalam peningkatan dan
akselerasi penguasaan bahasa Arab bagi mahasiswa ditawarkan berbagai pendekatan
dan metodelogi dan secara khusus lembaga
mendatang berbagai nara sumber, (penemu metodelogi pengajaran bahasa Arab)
seperti pada tahun 2014 awal, Ust. Mudhollafi, S.Ag (penemu
metode Muyassarah) memberikan training metode Muyassarah untuk guru dan dosen,
berharap metode yang dikatakan baru ini dapat mempercepat pengembangan bahasa
Arab di kalangan Mahasiswa. Sampai sekarang masih proses ikhtiar dan kerjasama
untuk pengembangan metode tersebut, hasil belum dapat dilihat secara maksimal.
Adapun dukungan lembaga dalam kegiatan tersebut cukup
baik sehingga selalu memberikan fasiltas dan anggaran biaya untuk pelaksanaan
semua program yang dilaksanakan dalma meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
mahasiswa. Bentuk dukungan lembaga selalu diberikan asal tujuan jelas untuk apa
kegiatan itu dilaksanakan, sehingga perlu membuat proposal kegiatan yang
diajukan ke Pembantu Rektor III bagian kemahasiswaan.
Dalam memperkaya khazanah keilmuan mahasiswa dan melatih
keberaniannya dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab, saya tidak
cukup memberikan materi kuliah di dalam kelas saja, tapi melakukan terobosan
baru seperti kegiatan studi banding ke pondok pesantren-pondok pesantren yang
akrab dengan bahasa Arab, tujuannya untuk merangsang mahasiswa sehingga lebih
bersemangat belajar bahasa Arab dan terbentuk al-biah arabiyah (lingkungan dan
tradisi bahasa) di lingkungan kampus, juga mengikutkan beberapa mahasiswa dalam
lomba debat bahasa Arab yang diselenggarakan oleh perguruan Tinggi Lain, dengan
harapan memiliki pengalaman dan mental dalam berkomuniikasi dengan bahasa Arab.
Demikian juga sesekali saya diundang sebagai nara sumber dalam diskusi kecil
yang diadakan oleh mahasiswa, saya tetap bersedia mendatangi dan memberikan
motivasi kepada mahasiswa walaupun itu hanya di lakukan di taman-taman kampus,
yang terpenting mereka merasa akrab dengan saya sehingga segala persoalan dapat
terselesaikan dengan baik.
STRATEGI
YANG SAYA KUASAI
Dalam pengajaran Bahasa Arab tentu sangat
banyak metode pendekatan yang harus dilakukan. Dan tentu menjadi pemahaman
dasar setiap mudarris adalah bahwa “Al thoriqoh ahammu minal maddah walaakin
almudarris almuwaffiq ahammu wa khairun min al thoriqoh” metode itu lebih
penting dari materi namun guru yang mumpuni jauh lebh penting dari metodelogi.
Terkait
dengan metodologi yang saya kuasai, minimal ada lima
metodologi yang bisa digunakan dan tentunya guru sebagai pelaksananya harus
betul-betul menguasai, kelima metode tersebut terdiri dari :
1. Metode
Gramatika-Terjemah
Metode ini berasumsi bahwa tatabahasa merupakan bagian dari filsafat dan
logika, dapat memperkuat kemampuan berfikir logis, memecahkan masalah dan
menghafal. Maka para pelajar bahasa dengan metode ini didorong untuk menghafal
teks-teks klasik berbahasa asing dan terjemahannya, meskipun seringkali
terdapat struktur kalimat dan kosakata atau ungkapan yang sudah tidak terpakai.
Karakteristik metode ini yakni, siswa ditujukan dapat membaca karya sastra
bahasa target, bersifat nahwu sentris secara deduktif, berbasis penghafalan,
berbahasa pengantar bahasa ibu, dan peran aktif guru lebih dominan sedangkan
siswa lebih sebagai pelajar pasif (penerima materi).
Pada metode ini
saya cukup menguasasi karena pengalaman saya ketika nyantri di sebuah pondok
pesantren Hikmatusysyarief NW Salut Narmada yang pendekatannya bersifat
mekanistik yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada penguasaan Nahwu dan shorof.
2. Metode Langsung
Metode ini berasumsi bahwa proses belajar bahasa asing sama dengan belajar
bahasa ibu, yaitu dengan menggunakannya secara langsung dan intensif dalam
komunikasi. Adapun kemampuan menyimak dan berbicara dikembangkan kemudian.
Karakteristik metode ini yaitu penguasaan bahasa Asing secara lisan dengan
pengajaran kosakata melalui teks, pengajaran kaidah secara induktif, guru dan
siswa sama-sama aktif dalam pengajaran yang lebih bersifat muhadatsah dan
peragaan. Kekuatan metode ini siswa terampil dan mahir berbicara serta
menguasai tatabahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis. Kelemahannya
yakni siswa lemah dalam kemampuan membaca, dibutuhkannya guru yang ideal dalam
keterampilan berbahasa dan lincah dan tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar.
3. Metode Membaca
Metode ini berasumsi bahwa pengajaran bahasa tidak dapat bersifat
multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis.
Karakterisitk metode ini yakni materi pelajaran berupa buku bacaan berbasis pemahaman
dan kaidah bahasa diterangkan seperlunya.
4. Metode Audiolingual.
Dikenal juga dengan metode tentara, karena metode ini untuk pertama kalinya
digunakan dalam mengajarkan bahasa kepada para tentara Amerika yang akan
berperang pasca perang dunia ke-2. karakteristik metode ini adalah penguasaan
keterampilan bahasa secara seimbang dengan urutan Menyimak, Berbicara, membaca
kemudian menulis. Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang mengarah
pada analisis kontrastif dan kesalahan. Gramatika tidak diajarkan di awal dan kegiatan
penerjamahan dihindari.
5. Metode Eklektik
Metode ini muncul berdasarkan ketidakpuasan-ketidakpuasan terhadap
metode-metode di atas. Dengan asumsi bahwa tidak ada metode yang ideal dan
lebih mengutamakan penggunaan metode berdasarkan kebutuhan siswa. Metode ini
bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara
memadai terhadap berbagai macam metode. Sehingga guru dapat mengambil kekuatan
dari setiap metode dan menyeimbangkannya dengan kebutuhan program pengajaran
yang ditanganinya. Contoh kongkrit penerapan metode ini adalah pengajaran
bahasa Arab di Pondok Modern Gontor ; penerapan metode langsung sepenuhnya pada
tahun pertama, dan penerapan metode eklektik pada tahun-tahun selanjutnya
dengan tetap mengokohkan prinsip metode langsung yaitu pengharaman menggunakan
bahasa Ibu. Inti dari metode ini adalah penggabungan antara porsi manipulatif
dan komunikatif dalam pengajaran bahasa.
REKOMENDASI KEIKUTSERTAAN
1.
Mengubah atau
memperbaharui “motivasi kesadaran” masyarakat agar cinta bahasa Arab memang
bukan pekerjaan mudah oleh karena itu, diperlukan beberapa pendekatan sebagai
berikut: Pertama,
pendekatan edukatif. Pendekatan ini bisa diakukan melalui lembaga-lembaga
pendidikan dengan cara bahwa setiap pengajar bahasa Arab dan agama Islam
hendaknya mampu menumbuhkan motivasi dan menanamkan kesadaran akan pentingnya
menguasai bahasa Arab. Tentu terlebih dahulu para pengajar itu membekali
dirinya dengan kemampuan berbahasa Arab dan menguasai metode dan teknik
mengajarkannya serta faktor kurikulum, sarana dan prasana juga harus diupayakan
untuk lebih mendukung. Hal inilah yang menjadi alasan kuat saya sebagai dosen
bahasa Arab untuk dapat diberikan kesempatan mengikuti course penguatan bahasa
Arab dimenimba ilmu metodelogi pengembangan pengajaran bahasa Arab di luar negeri.
2.
Pendekatan sosial budaya
menjadi suatu hal yang sangat urgen dimana hendaknya setiap umat Islam mulai
dari lingkungan keluarga hingga lingkungan sosial kemasyarakatan memberikan
perhatian yang memadai mengenai pengajaran bahasa Arab bagi anak didik mereka. Di sini saya berharap dapat melihat secara
faktual bagaimana di luar negeri menerapkan lingkungan bahasa dan bagaimana
mereka menerapkan bahasa Arab bagi daerah daerah non Arab.
3.
Pendekatan Politik, dimana akhir-akhir ini di
Indonesianegara kita banyak pusat-pusat
pengkajian terhadap sosial budaya bangsa lain yang sebetulnya bersifat politis.
Umpamanya, Pusat Studi Bahasa selain Arab yang diadakan oleh berbagai
universitas. Tetapi sampai sekarang nampaknya Pusat Studi Arab baik di
lingkungan Perguruan Tingi atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya
eksistensinya belum teroptimalkan. Di sini saya juga ingin melakukan studi banding
terhadap kebijakan negara luar tentang penekanan terhadap bahasa Arab, dan
sejauhmana efektivitas implementasi kebijakan yang diterapkan.
PENUTUP
Dari beberapa paparan tersebut di atas dapat
terlihat betapa seriusnya perhatian pribadi saya sebagai seorang dosen bahasa
Arab di sebuah perguruan tinggi swasta yaitu Institut Agama Islam Hamzanwadi
Pancor Selong Lombok Timur Nusa Tenggara Barat dalam mengembangkan bahasa Arab
di lingkungan Perguruan Tinggi terkait secara khusus dan di luar institusi
secara umum. Tentu hal ini membutuhkah kemampuan dan penguasaan kekayaan
khzanah metodelogi pengembangan bahasa Arab. Tanpa hal itu, maka ketercapaian
tujuan yang diharapkan secara optimal tidak dapat diraih. Maka saya pribadi
sebagai seorang yang didelegasikan oleh lembaga IAI Hamzanwadi Pancor sangat
mengharap dapat diikutsertakan pada acara Course Penguatan Bahasa Arab
di Luar Negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar