SELAMAT DATANG DI BLOG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) HAMZANWADI PANCOR

Rabu, 21 Mei 2014

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM


Oleh : Muhammad Ihsan


MUQODDIMAH
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik harus ada saling interaksi yang baik, apalagi pada mata pelajaran Bahasa Arab.
Kondisi riel yang kita dapatkan dan hadapi bahwa sesungguhnya kondisi pengajaran bahasa Arab di madrasah-madrasah/sekolah-sekolah dan perguruan tinggi NTB masih dihadapkan pada berbagai kendala dan tantangan. Kendala atau tantangan tersebut paling tidak dapat terlihat dalam beberapa indikasi sebagai berikut: Pertama, dari segi edukatif.  Pengajaran bahasa arab masih relatif kurang ditopang oleh faktor-faktor pendidikan yang memadai. Yang dimaksud faktor-faktor di sini di antarnya faktor kurikulum (termasuk di dalamnya orientasi dan tujuan, materi dan metodologi pengajaran serta sistem evaluasi), tenaga edukatif, sarana dan prasarana.
Kedua, dari segi sosial budaya pada umumnya peta pengajaran bahasa Arab berada dalam lingkungan sosial yang kurang kondusif kecuali di lingkungan pendidikan seperti di Pondok-Pondok pesantren yang ada di NTB. Fenomena yang terjadi bahwa sekarang ini masyarakat kita dibenturkan dengan “Pertunjukan Budaya Barat” dengan segala macam konsekuensinya baik melalui media elektronik TV, Radio dan lain-lain. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa “cultural show” berbahasa Inggris yang disajikan dalam bentuk film-film dan acara lainnya, sedikit banyak mempengaruhi iklim pengajaran bahasa Arab.  Kemudian fenomena umum ummat Islam kita cenderung sudah merasa puas kalau sudah pandai membaca al-Quran, walaupun tidak mengerti artinya, padahal untuk bisa paham Al Qur’an tidak hanya cukup bisa membaca, melainkan tahu artinya dan bahasa arab merupakan entry point untuk itu.
Ketiga, faktor linguistik bahasa Arab itu sendiri, selama ini nampaknya masyarakat kita termasuk para siswa di madrasah cenderung mempunyai kesan bahwa mempelajari bahasa Arab itu jauh lebih sulit daripada mempelajari bahasa asing lainnya, kemudian jika mereka mempelajari bahasa Arab banyak dimotivasi oleh kepentingan yang bersiat religius ideologis daripada kepentingan praktis pragmatis. Peranan bahasa arab juga masih dikatakan marginal, masyarakat pada umumnya tidak merasa perlu mempelajari bahasa Arab sebagaimana halnya mempelajari bahasa Inggris atau bahasa lainya,
Keempat, dari segi politik dan diplomasi luar negeri. Dapat dilihat bahwa selama ini kita belum banyak memanfaatkan peluang dengan negara-negara yang berbahasa Arab, dalam bentuk kerjasama di bidang-bidang yang cukup strategis, seperti ekonomi dan pendidikan. Selama ini nampaknya bahasa Arab baru didayagunakan dalam rangka pengiriman TKI ke negara-negara Teluk, tapi itu pun belum maksimal. Padahal dengan poitik dan diplomasi yang menyeluruh kita akan bisa membuka peluang-peluang baru yang lebih menguntungkan untuk pendayagunaan bahasa Arab dalam bidang, yang pada gilirannya akan dapat mempengaruhi semangat kita dalam mempelajari bahasa Arab.


PENGALAMAN MENGAJAR
Saya sebagai  Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor,  pada awalnya mengampu mata kuliah Ilmu Kalam, dan Tahun Akademik 2003/2004 saya juga mengampu mata kuliah Ulumul Hadits dan juga bahasa Arab, namun pada tahun 2004/2005 secara khusus dipercayakan mengampu mata kuliah Bahasa Arab, karena didasarkan pada kualifikasi pendidikan saya (S1 Pendidikan Bahasa Arab) Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Walaupun diamanahkan mengampu mata kuliah bahasa Arab yang merupakan kualifikasi keilmuan saya, saya cukup merasa kesulitan dalam berbagai hal, terkait dengan pembuatan Satuan Acara Perkuliahan, pembuatan silabus dan juga terkait dengan penggunaan metodologi yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa, saya mengajar apa adanya dengan menggunakan buku ajar yang di pakai di STAIN Mataram, yaitu buku bahasa arab yang berjudul ”Al-arabiyah Linnasyiin”  saya mengganggap buku itu mudah untuk mahasiswa Fakultas IAIH Pancor, karena pernah saya pakai ketika menjadi Dosen Luar Biasa di STAIN Mataram pada tahun 2003. Kenyataanya tidak seperti apa yang saya bayangkan, justru mahasiswa fakultas Tarbiyah smt 4 tidak begitu tertarik dengan materi yang ada. Hal ini terbukti dengan kurangnya motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa Arab, semangat yang lemah, perhatian yang kurang dan kemampuan yang kurang baik dalam menguasai bahasa arab dari sisi 4 keterampilan berbahasa (maharah al qiro’ah, maharah al kitabah, maharah al istima’ dan maharah al kalam),
Hal itu terus saya paksakan tanpa adanya perubahan yang signifikan, saya lebh sering masuk hanya memerintahkan mahasiswa untuk membaca dan diskusi sendiri, sekedar menunggu jam pertemuan habis, tanpa target dan tujuan yang jelas dari pembelajaran bahasa Arab yang saya ampu. Beberapa kritik dari mahasiswa saya terdengar karena teknik mengajar yang teralu monoton, dan mereka ingin perubahan dan arah yang jelas dari pembelajaran yang saya lakukan dengan mereka.
Tahun 2006 setelah mengikuti workshop Buku Pembelajaran Bahasa Arab yang diselenggrakan oleh Lembaga Bahasa IAIN Mataram kerjasama dengan Depag RI dan Lepzig University Jerman, tanggal 28 s/d 30 Agustus 2006 di Hotel Arum Jaya Mataram, di sini seorang prof Jerman yang sangat lancar berbahasa Arab menjelaskan tentang banyak hal dan mudahnya belajar bahasa Arab bagai orang jerman yang baru memulai belajar bahasa, saya sangat terkesan dengan metode itu, kemudian saya mencoba merubah metode pada pembelajaran bahasa Arab yang saya lakukan, dengan mengadopsi beberapa metode bahkan buku yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab di Lepziq University. Awalnya memang terkesan tidak semudah dibayangkan dalam menerapkan metode itu, tapi kemudian menginsprirasi saya untuk membuat diktat khusus untuk belajar bahasa Arab. Dan ini terasa lebih mudah dibanding dengan sebelumnya, mahasiswa lebih dinamis dan fokus dalam belajar bahasa Arab, mahasiswa bahkan terlibat banyak dari pembelajaran yang dilakukan, mahasiswa mulai mencari sendiri bahan atau materi yang sesuai dengan diktat yang diajarkan di kelas mereka.

Tentu saja kepuasaan itu tidak cukup, mahasiswa mulai semangat dalam belajar bahasa Arab, sesakali mereka terlihat aktif berbicara bahasa ketika mereka berjumpa dengan saya baik di kelas maupun di luar kelas.
Akhir tahun 2010, terdengar ada metode praktis mendalami al-qur’an dan membaca kitab kuning yang disebut dengan Metode Amtsilati yang ditemukan oleh KH Taufiqul Hakim (pimpinan ponpes Darul Falah Jepara Jawa Tengah), kemudian saya mengajak dosen bahasa Arab yang lain bertemu dengan pimpinan (pembantu Rektor I IAIH Pancor), dengan maksud ingin melihat dengan jelas metode itu langsung di Ponspes Darul Palah Jepara. Keinginan ini dikabulkan dan kemudian meminta saya untuk mengajukan proposal kegiatan untuk mencari dukungan dana Studi Komparasi ke ponpes Darul Falah Jepara. Saya membuat proposal dengan berkonsultasi dengan pimpinan dan mendapat respon yang sangat positif, yang kemudian pada tanggal 12 Januari 2011, saya berangkat dengan beberapa dosen dan pimpinan IAIH Pancor menuju Darul Falah Jepara untuk melakukan studi banding. Saya langsung bertindak sebagai sekretaris rombongan pada kegiatan ini.
Dari studi banding ini kemudian membuat saya begitu terpesona dengan kemampuan santri yang masih usia dini mampu membaca kitab kuning dengan baik, dan kemudian menginspirasi saya juga untuk menggunakan metode amtsilati dalam pembelajaran bahasa Arab pada mahasiswa, mahasiswa sangat senang karena mereka lebih mudah memahami bahasa arab, dan kemudian di antara mereka berpikir untuk membentuk UKM Bahasa di tingkat di institut, dan saya langsung diangkat sebagai pembinanya. Kini mereka sangat antusias dalam belajar bahasa Arab, dan telah terbentuk lingkungan bahasa (al biiah arabiyah) di antara mereka, mereka terlihat aktif dan menekuni bahasa Arab, berdiskusi tentang bahasa Arab dan juga mereka terkadang menggunakan sebagai bahasa komnikasi aktif dalam kegiatan sehari-hari.
Beberapa karya ilmiah yang saya buat selalu terkait dengan bidang keahlian saya, seperti saya membuat buku ajar pelajaran bahasa Arab yang kemudian bermanfaat secara praktis terhadap pembelajaran bahasa arab pada mahasiswa, mahasiswa lebih terkontrol dengan materi yang ditetapkan, mahasiswa juga dapat terukur kemampuannya dengan buku pedoman yang ada, sebelum buku ajar bahasa Arab ini belum saya publikasikan ke mahasiswa, saya menggunakan berbagai refrensi yang kadang membuat mahasiswa agak capek mencarinya, setelah menggunakan buku ajar yang cukup praktis mahasiswa lebih mudah mencari bahan dan telah tercakup berbagai kompetensi di dalamnya.
Dalam menyampaikan perkuliahan khususnya pembelajaran bahasa Arab, saya lebih berorientasi pada bagaimana mahasiswa mampu memahami bahasa Arab dalam berbagai maharoh (keterampilan) berbahasa, seperti membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Hal ini membuat saya hareus menggunakan berbagai pendekatan dalam mengajarkan bahasa Arab (All in one syistem), mahasiswa tidak hanya ditekankan pada satu kemahiran berbahasa saja tapi harus menguasai yang lain, contohnya dalam pengajaran bahasa Arab yang saya lakukan, saya selalu menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa  pengantar dalam menjelaskan bahasa Arab jika mengalami kesullitan baru saya terjemah seperlunya dengan bahasa Indonesia, hal ini saya lakukan dengan harapan mahasiswa mampu dan berani berkomunikasi menggunakan bahasa Arab dengan baik.
Peran Saya sebagai dosen senantiasa mengarahan mahasiswa untuk selalu dinamis dan kreatif dalam berbagai kegiatan, tidak cukup menjadi mahasiswa yang asyik duduk di bangku kuliah mendengarkan ceramah-ceramah dosen tapi harus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, sehingga mahasiswa khususnya yang menjadi pengurus BEM Fakultas sering berkonsultasi dengan saya dan terkadang mengundang saya menjadi pemateri/nara sumber dalam kegiatan diskusi dan lesehan ilmiah, contoh lainnya karena saya menjadi pembina  UKM Bahasa saya memiliki peran strategis untuk mendesak membuat program peningkatan kemampuan bahasa siswa sehingga pada tanggal 22 Mei 2011 kami membuat acara rihlah lugowiyah dengan tujuan mempererat silaturrahmi lembaga kepada Ponpes yang menjadi tujuan studi banding serta meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasiswa, di samping itu, saya juga berperan aktif dalam kegiatan kewirausahaan mahasiswa, sebagai sebagai seorang dosen, saya sering mengatakan bahwa lulusan PT tidak mungkin semuanya terserap menjadi PNS, maka sebelum menjadi sarjana kita harus punya bekal yang cukup untuk membangun kemandirian, sehingga tercetus berbagai kegiatan keterampilan dan usaha yang dikelola oleh mahasiswa. arahkan mahasiswa.
Pada perkembangan berikutnya dalam peningkatan dan akselerasi penguasaan bahasa Arab bagi mahasiswa ditawarkan berbagai pendekatan dan metodelogi dan  secara khusus lembaga mendatang berbagai nara sumber, (penemu metodelogi pengajaran bahasa Arab) seperti pada tahun 2014 awal, Ust. Mudhollafi, S.Ag (penemu metode Muyassarah) memberikan training metode Muyassarah untuk guru dan dosen, berharap metode yang dikatakan baru ini dapat mempercepat pengembangan bahasa Arab di kalangan Mahasiswa. Sampai sekarang masih proses ikhtiar dan kerjasama untuk pengembangan metode tersebut, hasil belum dapat dilihat secara maksimal.
Adapun dukungan lembaga dalam kegiatan tersebut cukup baik sehingga selalu memberikan fasiltas dan anggaran biaya untuk pelaksanaan semua program yang dilaksanakan dalma meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mahasiswa. Bentuk dukungan lembaga selalu diberikan asal tujuan jelas untuk apa kegiatan itu dilaksanakan, sehingga perlu membuat proposal kegiatan yang diajukan ke Pembantu Rektor III bagian kemahasiswaan.
Dalam memperkaya khazanah keilmuan mahasiswa dan melatih keberaniannya dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab, saya tidak cukup memberikan materi kuliah di dalam kelas saja, tapi melakukan terobosan baru seperti kegiatan studi banding ke pondok pesantren-pondok pesantren yang akrab dengan bahasa Arab, tujuannya untuk merangsang mahasiswa sehingga lebih bersemangat belajar bahasa Arab dan terbentuk al-biah arabiyah (lingkungan dan tradisi bahasa) di lingkungan kampus, juga mengikutkan beberapa mahasiswa dalam lomba debat bahasa Arab yang diselenggarakan oleh perguruan Tinggi Lain, dengan harapan memiliki pengalaman dan mental dalam berkomuniikasi dengan bahasa Arab. Demikian juga sesekali saya diundang sebagai nara sumber dalam diskusi kecil yang diadakan oleh mahasiswa, saya tetap bersedia mendatangi dan memberikan motivasi kepada mahasiswa walaupun itu hanya di lakukan di taman-taman kampus, yang terpenting mereka merasa akrab dengan saya sehingga segala persoalan dapat terselesaikan dengan baik.
           
  STRATEGI YANG SAYA KUASAI
            Dalam pengajaran Bahasa Arab tentu sangat banyak metode pendekatan yang harus dilakukan. Dan tentu menjadi pemahaman dasar setiap mudarris adalah bahwa “Al thoriqoh ahammu minal maddah walaakin almudarris almuwaffiq ahammu wa khairun min al thoriqoh” metode itu lebih penting dari materi namun guru yang mumpuni jauh lebh penting dari metodelogi.
Terkait dengan metodologi yang saya kuasai, minimal ada lima metodologi yang bisa digunakan dan tentunya guru sebagai pelaksananya harus betul-betul menguasai, kelima metode tersebut terdiri dari :
1.    Metode Gramatika-Terjemah
Metode ini berasumsi bahwa tatabahasa merupakan bagian dari filsafat dan logika, dapat memperkuat kemampuan berfikir logis, memecahkan masalah dan menghafal. Maka para pelajar bahasa dengan metode ini didorong untuk menghafal teks-teks klasik berbahasa asing dan terjemahannya, meskipun seringkali terdapat struktur kalimat dan kosakata atau ungkapan yang sudah tidak terpakai. Karakteristik metode ini yakni, siswa ditujukan dapat membaca karya sastra bahasa target, bersifat nahwu sentris secara deduktif, berbasis penghafalan, berbahasa pengantar bahasa ibu, dan peran aktif guru lebih dominan sedangkan siswa lebih sebagai pelajar pasif (penerima materi).
Pada metode ini saya cukup menguasasi karena pengalaman saya ketika nyantri di sebuah pondok pesantren Hikmatusysyarief NW Salut Narmada yang pendekatannya bersifat mekanistik yaitu pendekatan yang lebih  menekankan pada penguasaan Nahwu dan shorof.

2.    Metode Langsung
Metode ini berasumsi bahwa proses belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan menggunakannya secara langsung dan intensif dalam komunikasi. Adapun kemampuan menyimak dan berbicara dikembangkan kemudian. Karakteristik metode ini yaitu penguasaan bahasa Asing secara lisan dengan pengajaran kosakata melalui teks, pengajaran kaidah secara induktif, guru dan siswa sama-sama aktif dalam pengajaran yang lebih bersifat muhadatsah dan peragaan. Kekuatan metode ini siswa terampil dan mahir berbicara serta menguasai tatabahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis. Kelemahannya yakni siswa lemah dalam kemampuan membaca, dibutuhkannya guru yang ideal dalam keterampilan berbahasa dan lincah dan tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar.
3.    Metode Membaca
Metode ini berasumsi bahwa pengajaran bahasa tidak dapat bersifat multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis. Karakterisitk metode ini yakni materi pelajaran berupa buku bacaan berbasis pemahaman dan kaidah bahasa diterangkan seperlunya.
4.    Metode Audiolingual.
Dikenal juga dengan metode tentara, karena metode ini untuk pertama kalinya digunakan dalam mengajarkan bahasa kepada para tentara Amerika yang akan berperang pasca perang dunia ke-2. karakteristik metode ini adalah penguasaan keterampilan bahasa secara seimbang dengan urutan Menyimak, Berbicara, membaca kemudian menulis. Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang mengarah pada analisis kontrastif dan kesalahan. Gramatika tidak diajarkan di awal dan kegiatan penerjamahan dihindari.
5.    Metode Eklektik
Metode ini muncul berdasarkan ketidakpuasan-ketidakpuasan terhadap metode-metode di atas. Dengan asumsi bahwa tidak ada metode yang ideal dan lebih mengutamakan penggunaan metode berdasarkan kebutuhan siswa. Metode ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode. Sehingga guru dapat mengambil kekuatan dari setiap metode dan menyeimbangkannya dengan kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya. Contoh kongkrit penerapan metode ini adalah pengajaran bahasa Arab di Pondok Modern Gontor ; penerapan metode langsung sepenuhnya pada tahun pertama, dan penerapan metode eklektik pada tahun-tahun selanjutnya dengan tetap mengokohkan prinsip metode langsung yaitu pengharaman menggunakan bahasa Ibu. Inti dari metode ini adalah penggabungan antara porsi manipulatif dan komunikatif dalam pengajaran bahasa.

REKOMENDASI KEIKUTSERTAAN
1.        Mengubah atau memperbaharui “motivasi kesadaran” masyarakat agar cinta bahasa Arab memang bukan pekerjaan mudah oleh karena itu, diperlukan beberapa pendekatan sebagai berikut: Pertama, pendekatan edukatif. Pendekatan ini bisa diakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan dengan cara bahwa setiap pengajar bahasa Arab dan agama Islam hendaknya mampu menumbuhkan motivasi dan menanamkan kesadaran akan pentingnya menguasai bahasa Arab. Tentu terlebih dahulu para pengajar itu membekali dirinya dengan kemampuan berbahasa Arab dan menguasai metode dan teknik mengajarkannya serta faktor kurikulum, sarana dan prasana juga harus diupayakan untuk lebih mendukung. Hal inilah yang menjadi alasan kuat saya sebagai dosen bahasa Arab untuk dapat diberikan kesempatan mengikuti course penguatan bahasa Arab dimenimba ilmu metodelogi pengembangan pengajaran bahasa Arab di  luar negeri.
2.        Pendekatan sosial budaya menjadi suatu hal yang sangat urgen dimana hendaknya setiap umat Islam mulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan sosial kemasyarakatan memberikan perhatian yang memadai mengenai pengajaran bahasa Arab bagi anak didik mereka. Di sini saya berharap dapat melihat secara faktual bagaimana di luar negeri menerapkan lingkungan bahasa dan bagaimana mereka menerapkan bahasa Arab bagi daerah daerah non Arab.
3.        Pendekatan Politik, dimana akhir-akhir ini di Indonesianegara kita banyak pusat-pusat pengkajian terhadap sosial budaya bangsa lain yang sebetulnya bersifat politis. Umpamanya, Pusat Studi Bahasa selain Arab yang diadakan oleh berbagai universitas. Tetapi sampai sekarang nampaknya Pusat Studi Arab baik di lingkungan Perguruan Tingi atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya eksistensinya belum teroptimalkan. Di sini saya juga ingin melakukan studi banding terhadap kebijakan negara luar tentang penekanan terhadap bahasa Arab, dan sejauhmana efektivitas implementasi kebijakan yang diterapkan.

 PENUTUP           
            Dari beberapa paparan tersebut di atas dapat terlihat betapa seriusnya perhatian pribadi saya sebagai seorang dosen bahasa Arab di sebuah perguruan tinggi swasta yaitu Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor Selong Lombok Timur Nusa Tenggara Barat dalam mengembangkan bahasa Arab di lingkungan Perguruan Tinggi terkait secara khusus dan di luar institusi secara umum. Tentu hal ini membutuhkah kemampuan dan penguasaan kekayaan khzanah metodelogi pengembangan bahasa Arab. Tanpa hal itu, maka ketercapaian tujuan yang diharapkan secara optimal tidak dapat diraih. Maka saya pribadi sebagai seorang yang didelegasikan oleh lembaga IAI Hamzanwadi Pancor sangat mengharap dapat diikutsertakan pada acara Course Penguatan Bahasa Arab di Luar Negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar